Tuesday, December 16, 2008

Waspadai Produk Pelangsing

Selain berbagai suplemen, kini makin banyak ditawarkan berbagai alat pelangsing tubuh dengan cara peluruhan lemak yang amat bervariasi. Ada yang melalui pengaruh panas, getar, hingga infra merah. Sejauh mana produk tersebut bisa dipertanggungjawabkan dan aman dikonsumsi?
Kegemukan memang menjadi momok tidak hanya untuk perempuan, namun juga lelaki. Selain karena sebagian orang menganggap atau merasa kegemukan itu tak sedap dipandang,
kegemukan juga berisiko tinggi menimbulkan berbagai penyakit, salah satunya jantung koroner.
Penelitian di Amerika Serikat tahun 2007 ini menyebutkan, penimbunan lemak berlebihan di daerah perut merupakan faktor risiko utama terhadap terjadinya penyakit jantung.

"Pengukuran lingkar pinggang dan panggul (waist to hip ratio) adalah parameter untuk menetapkan apakah seseorang mengalami obesitas," ujar Ermita Ilyas, dokter spesialis olahraga.
Mengutip hasil survei nasional 1996-1997 di ibu kota seluruh Indonesia yang ditulis Hadi (2005), ditemukan bahwa 8,1 persen laki-laki dewasa (lebih dari 18 tahun) mengalami overweight (kelebihan berat badan/BB), dan 6,8 persen mengalami obesitas (kegemukan). Sedangkan perempuan 10,5 persen overweight dan 13,8 persen obesitas.

Pada kelompok usia 40-49 tahun, overweight sebesar 24,4 persen dan obesitas 23 persen (laki-laki), serta 30,4 persen dan 43 persen (perempuan).

Padahal, obesitas memberi risiko penyakit hipertensi, jantung, dan pembuluh darah, kencing manis (diabetes meletus), serta gangguan lipid darah (dislipidemia).

Gencarnya tawaran

Anda mungkin salah seorang yang kerap atau pernah ditawari alat-alat pelangsing yang gencar diadakan di berbagai tempat, seperti mal. Setelah mendengar penuturan penjual, sebagian orang pun tertarik membelinya. Apalagi, iklan tentang berbagai cara pelangsingan tubuh itu juga dikemas dengan sangat meyakinkan, membuat sebagian orang tergoda memakainya.

Ermita pun mencermati semakin banyaknya alat pelangsing yang beredar di pasaran. Misalnya, ada alat pelangsing yang mengklaim dapat mengeluarkan keringat seperti cara kerja sauna, yang sebenarnya tidak meluruhkan lemak namun cairan tubuh.

"Dengan sauna, keringat banyak keluar dan orang pun merasa haus. Namun, setelah minum dan makan, berat badan akan naik lagi. Penurunannya hanya sementara," paparnya.
Alat yang iklannya juga menggiurkan adalah semacam baju ketat yang dipromosikan bisa mengaktifkan molekul-molekul sel pada tubuh, sehingga bisa membuang lemak dan racun. Ada juga alat yang disebut bisa menggetarkan tubuh dengan sangat kuat, sehingga dapat meluruhkan lemak.

Menurut Ermita, lemak akan berkurang atau dikeluarkan dari jaringan tempat penyimpanan (adiposa) bila diperlukan sebagai sumber energi.

"Pelepasan lemak dari jaringan adiposa membutuhkan rangsangan dari hormon tertentu, akibat tidak tersedianya glukosa. Proses kimianya bertahap, jadi tidak bisa dengan alat yang menggetar-getarkan tubuh atau baju ketat," ujarnya.

Selain alat, obat-obatan pelangsing juga masih terus ditawarkan. Jenis yang ditawarkan di antaranya obat penekan nafsu makan, dan obat diuretika untuk mengeluarkan cairan tubuh. Ini bisa menyebabkan dehidrasi. Obat pelangsing lain adalah pencahar yang sebenarnya bisa menyebabkan diare. Ada lagi pelangsing berupa obat penghambat pencernaan lemak di usus.
Selain obat-obatan itu, ada pula berbagai suplemen pelangsing, yang menurut Ermita, boleh dikonsumsi asal dengan pengawasan ahli gizi dan dokter. Misalnya, suplemen yang dapat menghambat pencernaan karbohidrat.

Olahraga dan diet

Ermita menandaskan, bagaimanapun, cara terbaik menurunkan berat badan tetaplah dengan berolahraga dan diet atau mengatur pola makan. Olahraga untuk menurunkan berat badan seharusnya memerhatikan prinsip olahraga yang umum, kerap disingkat FIDT.

F untuk frekuensi, yakni jumlah latihan yang sebaiknya 4-5 kali per minggu. I untuk intensitas, yang sebaiknya sedang saja untuk olahraga bersifat aerobik yang menggunakan lemak tubuh sebagai sumber energi. D untuk durasi, minimal 30 menit dan dianjurkan selama sekitar satu jam.

"Jika Anda berolahraga selama 10-20 menit, lemak baru mulai digunakan tubuh sebagai sumber energi. Pembakaran lemak maksimal terjadi saat orang berolahraga antara 20-30 menit," kata Ermita.

T untuk tipe atau jenis. Jenis olahraga yang bisa dipilih adalah jalan, joging, senam aerobik, dansa, lompat tali, dan berenang.

"Tenis dan bulu tangkis bukan termasuk aerobik, sebab gerakannya eksplosif dan intensitas tidak sama, meski waktunya lama. Sepak bola juga kurang pas untuk menurunkan berat badan. Namun, semua olahraga itu tetaplah lebih baik dilakukan daripada tidak berolahraga sama sekali," tutur Ermita.

Intinya, agar tubuh Anda proporsional, yang harus dilakukan adalah menjaga keseimbangan makanan yang dikonsumsi dan energi yang dikeluarkan oleh tubuh. Makan seimbang dan memenuhi zat gizi yang diperlukan.

Kalau Anda harus menurunkan berat badan, sebaiknya penurunan berat badan itu dilakukan dengan bertahap. Cara yang aman untuk kesehatan adalah dengan mengurangi berat badan sekitar 0,5 kilogram per minggu.

"Lakukan olahraga yang tepat, teratur, terukur, terkontrol, dan terus-menerus (5-T). Biasakan melakukan kegiatan sehari-hari sendiri, jangan malas bergerak," Ermita menambahkan. (SUSI IVVATY) -Kompas

No comments:

Post a Comment