Tuesday, December 16, 2008

Ditemukan Molekul Pengatur Rasa Lapar


Untuk mengatur berat badan kelak bisa dilakukan dengan mengatur rasa lapar tak melulu harus dengan diet mati-matian. Para ilmuwan di Australia telah menemukan "tombol rasa lapar" di otak yang dapat diatur agar menimbulkan rasa lapar atau sebaliknya.

Penemuan tersebut tentu sangat dinanti-nanti karena dapat digunakan untuk menghentikan kondisi berkurangnya bobot tubuh yang drastis pada pasien yang sakit parah. Pengaturannya juga dapat mencegah kenaikan berat badan pada penderita obesitas atau kegemukan.

Rasa lapar muncul atau tidak karena peran molekul yang disebut MIC-1. Molekul ini biasa diproduksi tubuh penderita kanker. Rangsangan molekul ke reseptor yang mengatur perasaan di otak menyebabkan seseorang malas makan dan tidak merasa lapar.

Namun, para ilmuwan Australia menemukan bahwa antibodi tertentu dapat bekerja melawan MIC-1. Artinya, orang yang kehilangan rasa lapar karena pengaruh molekul ini bisa kembali bangkit rasa laparnya.

Pada percobaan, tikus yang memiliki bobot tubuh normal atau kegemukan diberi MIC-1. Hasilnya, tikus-tikus tersebut mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang jauh lebih sedikit dan mengalami penurunan bobot tubuhnya.

"Menyuntikkan hewan tikus dengan protein MIC-1 membuat hewan tersebut berhenti makan sehingga membuka harapan bahwa penemuan itu dapat berguna dalam menangani pasien yang kelebihan berat badan," kata Sam Breit dari Pusat Penelitian Immunology St Vincent Sydney.

Selanjutnya, para ilmuwan berharap dalam waktu dekat MIC-1 akan dapat membantu menemukan cara untuk mencegah terjadinya penurunan bobot tubuh yang amat berlebihan pada pasien kanker. Breit yakin hasil penemuan tersebut membawa dampak yang besar bagi penderita kelainan yang berkaitan dengan rasa lapar.

Hasil penemuan MIC-1 dipublikasikan dalam majalah kedokteran edisi terbaru "Nature Medicine". Breit dan timnya telah membuat kloning gen MIC-1 dan menjalankan uji coba klinis dalam beberapa tahun mendatang untuk dapat mengembangkan satu jenis antibodi manusia. (Sumber: Antara-Kompas)

No comments:

Post a Comment