Tuesday, December 16, 2008

Gemuk Karena FRUSTRASI..!


Meskipun kedengarannya janggal, tetapi memang begitu kenyataannya. Bagaimana supaya bisa langsing lagi?

Lulu (26) sudah 3 tahun ini berperang melawan kegemukan. Tubuhnya melar sejak kelahiran anaknya yang kedua. “Saya sudah mencoba segala macam diet, tapi hasilnya cuma kelihatan sebentar. Setelah itu, saya melar lagi,“ katanya. Lulu menduga hal itu disebabkan oleh perubahan hormon pada kehamilan kedua. Ia sedih sekali sebab suaminya jadi kritis terhadap bentuk badannya. Kadang-kadang suaminya enak saja melemparkan celaan di depan teman-teman. Lulu jadi merasa tidak puas dengan dirinya sendiri. Ia menganggap masalah kegemukan merusak citra dan rasa percaya dirinya. Kalau sedang merasa tertekan begitu, makannya malah bertambah getol, sebab dengan makan ia merasa kesusahannya terobati sementara. Namun, akibatnya ia menjadi tambah gemuk dan tambah tidak bahagia. Lulu yakin, kalau saja bisa mengatasi kegemukannya, ia akan lebih bahagia.

Makin Tak Bahagia, Makin Kuat Jajan

· Kemudian beberapa temannya mengusulkan agar Lulu meminta bantuan psikolog. Dari psikolog itu Lulu tahu bahwa masalah kegemukan tidak selalu disebabkan oleh satu sumber.
Memang bisa karena perubahan hormon, karena diet yang keliru, pengendalian diri yang kurang, atau bisa juga disebabkan oleh kombinasi dari hal-hal itu. Selain itu, kegemukan ternyata juga bisa disebabkan oleh masalah keluarga!

Dalam kasus Lulu, diketahui bahwa waktu Lulu hamil anak kedua, suaminya, Toni, naik pangkat menjadi direktur regional. Kedudukan baru itu menuntut Toni untuk lebih sering ke luar negeri.
Ketika bayi mereka lahir, Lulu merasa kerepotan. Tadinya ia sudah terbiasa dalam struktur keluarga yang terdiri atas suami, istri, dan satu anak. Kini tiba anggota keluarga baru dan suaminya sering absen dari rumah. Peran-peran secara tak disadari harus berubah untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru. Tugas seorang ayah hampir seluruhnya kini jatuh ke pundak Lulu. Bahkan juga kalau Toni kebetulan sedang ada di rumah. Peranan Toni dalam keluarga, kecuali sebagai pencari nafkah, sangatlah terbatas.

Dalam hal menjadi ibu dan sekaligus ayah, Lulu tidak mengalami kesulitan. Namun, kebutuhan untuk didampingi oleh suaminya, untuk didukung secara emosional, dan untuk memperoleh kehangatan tidak terpenuhi.

Karena saat-saat berada bersama Toni sangat pendek, ia tidak mau membebani Toni dengan masalah. Jadi, ia tidak mencurahkan perasaannya kepada sang suami. Ia malah “menelan” ketidakpuasannya dan merasa hidupnya kosong. Untuk mengisi kekosongan itu ia makan. Makin kesepian dia, makin kuat jajannya.

Jadi Nekat

· Jadi, berjuang menghilangkan kebiasaan makan berlebihan saja belum cukup dalam kasus Lulu. Masalah emosionilnya pun mesti diselesaikan.

Harus dicari jalan untuk menanggulangi ketidakpuasannya. Kalau tidak, ketidakpuasan emosional itu akan terus mendorongnya untuk makan, padahal makanan tak bisa mengisi kekosongan yang sebenarnya.

Di beberapa negara, seperti umpamanya Amerika Serikat, sudah ada psikolog yang ahli menangani orang-orang yang putus asa karena tidak berhasil menormalkan berat badannya. Salah seorang di antaranya, Dr. Richand B. Stuart, pengarang beberapa buku seperti Slim Chance in A Fat World; Act Thin, Stay Thin, dan Weight, Sex & Mariage.

Minat Stuart pada kegemukan dimulai tahun 1965, ketika seorang wanita bernama Elaine datang kepadanya untuk menjalani psikoterapi. Umurnya 35-an dan beratnya kelebihan 30 kg. Meskipun menganggap dirinya ibu yang baik, istri yang penuh cinta kasih, dan sekretaris eksekutif yang andal, Elaine yakin ia orang yang gagal. Buktinya: seumur-umur ia berdiet, tetapi tidak berhasil melangsingkan badannya.

Setiap tahun Elaine paling sedikit menjalani lima macam diet. Setiap kali ia berhasil kehilangan 2,5 kg, tetapi tidak lama kemudian berat yang hilang itu sudah kembali lagi, bahkan lebih dan sebelumnya. Setiap kali pula rasa percaya dirinya berkurang.

Ia sudah meminta bantuan psikoterapis. Selama dua tahun menjalani terapi itu ia berhasil memahami pengalaman masa kanak-kanaknya yang mempunyai andil bagi masalah kegemukannya. Malangnya, pengertian itu percuma saja. Soalnya, beratnya bertambah 3,5 kg dibandingkan dengan waktu ia memulai terapi.

Tidak heran kalau Elaine bertambah risau. Ia jadi nekat dan ingin menjalani semua terapi untuk melangsingkan badan. Mula-mula ia mau rahangnya diikat kawat supaya tidak bisa mengunyah, tetapi ia membatalkan niat tersebut karena tampangnya jadi bertambah buruk dengan ikatan itu.

Ia menyelidiki kemungkinan untuk menjalani bedah pintas usus tetapi karena risikonya terlalu besar, akhirnya tidak jadi. Ia nekat menjalani shock therapy, tetapi tidak bisa menemukan dokter yang mau melakukannya.

Ketika sudah hampir putus asa, ia bertemu dengan Dr. Richard B. Stuart. Ia memohon agar dilepaskan dari tirani makanan.

Perlu Bantuan Pasangan

· Stuart sangsi bisa menolongnya. Soalnya, Elaine sudah menjalani perawatan psikologis tanpa hasil.

Karena Elaine memaksa, Stuart menerima juga, tetapi meminta waktu untuk melakukan riset di perpustakaan.

Walaupun sudah membongkar-bongkar buku, Stuart tidak bisa menemukan jalan yang memuaskan untuk menangani Elaine. Kepustakaan yang ada malah penuh dengan kontradiksi.
Menurut para ahli gizi, orang menjadi gemuk karena tidak tahu makan yang tepat bagi dirinya. Namun, penelitian menunjukkan mereka yang kegemukan itu lebih paham daripada dokter yang merawat mereka perihal makanan.

Psikolog mempunyai pendapat tambahan. Kata mereka, orang menjadi gemuk karena kurang keras hati untuk menolak makanan.

Sementana itu para ahli latihan jasmani menuduh orang gemuk malas berolahraga. Sedangkan dokter-dokter menganggap pasien mereka tidak memiliki motivasi. Pokoknya, kegemukan dianggap sebagai penyakit kejiwaan yang tidak ada obatnya.

Namun, Stuart melihat satu kemungkinan, yaitu menolong pasien agar mampu mengendalikan tingkah laku sendiri. Walaupun cara perawatan ini belum pernah diuji, Elaine sangat bersedia menjalaninya. Lima puluh dua minggu kemudian, bobot Elaine sudah turun 22 kg. Sementara itu, Elaine sudah membawa tiga teman kepada Stuart dan mereka memperoleh hasil yang sama. Dalam waktu 2 tahun saja Stuart sudah terkenal di kalangan wanita gemuk sebagai ahli menurunkan bobot.

Apa sih sebenarnya yang ia lakukan?

· Katanya, kita mempunyai alasan yang menyebabkan kita makan lebih banyak daripada yang kita perlukan.

Nah, kita harus mencari tahu alasan-alasan itu. Kalau sudah paham, kita bisa mengubah sebagian situasi dari perasaan yang mendorong kita untuk makan terlalu banyak.
Begitu perubahan itu dibuat, Stuart membantu orang bersangkutan untuk mengembangkan program mengendalikan berat secara permanen.

Stuart tidak memaksakan diet tertentu, tetapi mempergunakan rencana makan yang disusun sendiri oleh si pasien, supaya si pasien berkesempatan makan berbagai makanan yang disukainya. Pasien cuma diberi pedoman kasarnya. Detailnya disesuaikan dengan cara hidup dan diri pasien masing-masing.

Programnya itu tidak menyebabkan bobot turun dengan cepat, tetapi secara bertahap. Ada masa-masa istirahat untuk menyempatkan tubuh dan jiwa menyesuaikan diri dengan perubahan akibat penurunan bobot.

Karena pasangan, terutama suami, bisa berperan banyak untuk membantu istrinya menjadi langsing, pasien disarankan merundingkan rencana makan mereka dengan pasangannya dan minta bantuan pasangan agar tujuannyn tercapai. Mereka juga diminta mendiskusikan peranan apa yang haru dipegang pasangan.

Dengan cara ini konon bukan cuma tubuh yang menjadi langsing, tetapi kualitas hidup pun jadi bertambah baik. (Intisari)-Kompas

No comments:

Post a Comment