Friday, December 19, 2008

Gemuk Mengundang Penyakit


Gemuk tak lagi lambang kemakmuran. Kegemukan atau obesitas justru mengundang pelbagai penyakit yang bisa memperpendek umur.

Para dokter dari pelbagai keahlian mengingatkan itu dalam seminar obesitas di Rumah Sakit Tebet, Sabtu (16/8).

Obesitas adalah kelebihan jaringan lemak tubuh, lebih dari 25 persen berat badan pada pria dan lebih dari 30 persen pada wanita. Untuk mengukur obesitas digunakan indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan dibagi tinggi badan kuadrat. Kisaran normal IMT Asia-Pasifik 18,5-22,9 kg/m². Lebih dari itu masuk kelompok berisiko, dan di atas 25 kg/m² obesitas.
.
Bentuk tubuh pria umumnya seperti apel (android). Lemak banyak disimpan di pinggang, rongga perut, dan badan bagian atas. Bentuk badan wanita menyerupai pir (gynecoid). Penumpukan lemak terjadi di bagian bawah, seperti perut bagian bawah, pinggul, pantat dan paha.

Menurut Prof dr WH Sibuea SpPD, yang berbahaya adalah lemak dalam rongga perut (visceral). Hal ini mengundang tekanan darah tinggi, jantung koroner, diabetes mellitus, gangguan napas bahkan henti napas waktu tidur, kanker, penyakit saluran cerna, arthritis, serta infeksi kulit. Kelebihan timbunan lemak perut cukup dicek dari lingkar pinggangnya. Angka normal pria adalah kurang dari 90 cm dan wanita kurang dari 80 cm.

"Obesitas selain akibat pengaturan makan tidak baik juga bisa karena gangguan endokrin, yaitu gangguan di hipotalamus, hipofisis, kelenjar gondok, kelenjar adrenal, ovarium, atau pankreas," ujar Sibuea.

Menurut dr Yunus Tanggo SpPD PhD, gaya hidup kurang gerak, masalah genetika, obat hormonal, dan adanya kalsin di otak juga memicu obesitas.

Untuk menekan risiko penyakit perlu modifikasi gaya hidup, ujar dr Hadi Purnomo SpJP. "Penurunan berat badan 10 kg pada pasien hipertensi bisa menurunkan tekanan sistolik dan diastolik rata-rata tujuh mmHg dan tiga mmHg. Selain itu, kadar trigliserida dan plasma LDL (lipoprotein berdensitas rendah/kolesterol buruk) turun, sebaliknya kadar HDL (lipoprotein berdensitas tinggi/kolesterol baik) meningkat. Ini menurunkan risiko penyakit jantung koroner," katanya.

Dokter ahli gizi Walujo Soerjodibroto PhD mengingatkan, penurunan berat badan tidak boleh drastis. (ATK)-Kompas

No comments:

Post a Comment