Wednesday, September 17, 2008

10 Alasan Pria Ogah Ngeseks


BUKAN rahasia lagi kalau seks adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Dibandingkan wanita, pria disebut-sebut lebih agresif dan selalu mudah untuk mengatakan YA saat diajak ngeseks. Bahkan ada pula yang mengklaim kaum Adam selalu menginginkan seks selama kesempatan itu ada. Namun benarkah demikian?

Jawabannya adalah SALAH. Buktinya, tak sedikit wanita uring-uringan karena pasangannya tiba-tiba emoh dan mengelak dengan beribu alasan saat diajak bermesraan di atas ranjang. Ada apa sebenarnya dengan Si Dia? Bukankah pria selalu semangat ketika diajak ngeseks?"

Pertanyaan-pertanyaan itu pasti muncul dan berpotensi mengundang kesalahpahaman. Apalagi bila didasari anggapan keliru bahwa kebanyakan pria cenderung mau menghabiskan waktunya untuk seks selama ia bisa mendapatkannya.

Nah, supaya Anda tak ikut terjebak dengan anggapan yang salah. Konsultan seks Louanne Cole Weston, PhD, membeberkan sepuluh poin mengapa seorang tak bergairah dan menolak saat diajak berhubungan seks :

1. Terapi obat-obatan.
Penggunaan jenis obat-obatan antidepresan (tipe SSRI) dan antihipertensi (obat darah tinggi) seringkali dipersalahkan karena dapat membuat pria menjadi tidak bergairah dalam aktivitas seksual. Obat-obatan ini juga bahkan diklaim menyebabkan disfungsi seksual.

2. Kurang tidur.
Ketika seorang pria dalam usia belasan tahun atau dua puluhan, kesempatan untuk melakukan seks seringkali mengalahkan keinginannya untuk tidur. Ini juga sering terbukti ketika seorang pria baru menikah atau menjalin hubungan serius dengan wanita. Tetapi seiring bertambahnya usia dan lamanya suatu hubungan, seks akan mulai kehilangan sifat alamiahnya. Istirahat yang berkualitas pada malam hari tentu akan lebih dipertimbangkan.

3. Kadar hormon.
Stimulan fisiologis paling penting dari dorongan seksual adalah hormon testosteron. Banyakan pria keliru ketika libido atau gairah dirasakan turun, merasa langsung memutuskan menjalani tes darah untuk menghitung kadar testosteron total. Meskipun informasi itu akan menarik karena dapat mengetahui gambaran kadar hormon laki-laki secara umum, tetapi mengetahui kadar testosteron bebas akan lebih relevan untuk mengukur seberapa besar gairah seorang pria.
Selain itu, hadirnya kadar prolaktin dan SHBG (sex hormone binding globulin) dalam tubuh juga dapat menekan hasrat seksual kaum Adam. Oleh karena itu, ketika alasan hormonal dicurigai sebagai penyebabnya, ada baiknya seorang pria melakukan tiga jenis pemeriksaan : testosteron bebas, prolaktin, SHBG, dan total testosteron.
4. Masalah Identitas.
Ketika pria merasa tidak yakin akan peranannya dalam dunia ini, gairah atau hasrat melakukan seks bisa surut. Depresi memang berhubungan dengan masalah ini, tetapi tidak selalu. Masalah identitas bisa muncul ketika seorang pria : menghadapi problem pekerjaan, menghadapi kematian anggota keluarga yang sangat penting, lemah dan terguncang akan keyakinannya yang pernah dipegang teguh, mempertanyakan orientasi seksual dirinya, dan lain-lain.

5. Padamnya sejumlah aspek seksualitas.
Beberapa pria akan menghindari aktivitas seks ketimbang harus melakukan hubungan intim yang tak memuaskan mereka. Kurangnya pemenuhan ini bisa berkaitan dengan hal-hal spesifik yang dilakukan pasangan saat berhubungan seks atau pengalaman yang dirasakannya dengan tubuh pasangan. Pria bisa merasa dirinya dikritik atau diperlakukan secara tidak adil. Pria juga mungkin punya ketertarikan seks yang ia pahami atau pun ketakukan-ketakutan akan pasangan yang tidak terungkapkan.

6. Perselisihan dengan pasangan.
Ketika muncul masalah interpersonal di antara pasangan, kebanyakan pria akan menghindari seks atau cukup dengan menolak ajakan pasangan. Beberapa pria menghukum pasangan dengan tidak memberi kesempatan berhubungan intim, namun ada pula yang tidak hanya menganggapnya sebagai suatu hukuman. Mereka hanya tidak dapat mengumpulkan perasaan seksual ketika ada konflik yang belum terselesaikan.

7. Stres.
Stres hadir dalam beragam bentuk dan mungkin berakar dari berbagai persoalan seperti: kesulitan keuangan, sakit yang dialami secara pribadi atau anggota keluarga, tantangan dalam pekerjaan, dilema sebagai orang tua, atau masalah keluarga secara luas. Tentu, banyak lagi penyebab lain timbulnya stres.

8. Masturbasi mampu menggantikan kehadiran pasangan.
Ini adalah topik hangat sejak ditemukannya internet sebagai media interaktif. Tampaknya, para ahli di bidang ini menemukan bahwa banyak pria yang mungkin tidak mencari sumber stimulasi seks secara visual (majalah, video, atau film) telah menemukan cara untuk mendapat pencitraan seksual melalui media online. Bagi beberapa pasangan, ini bisa menjadi suatu dilema, khususnya ketika kebiasaan melihat gambar-gambar memicu masturbasi yang kemudian menyebabkan frekuensi hubungan intim dengan pasangan menjadi berkurang. Seks tanpa pasangan mungkin terasa menyenangkan bagi beberapa orang, namun bagi yang lain akan membuat frustrasi dan berakhir mengecewakan.

9. Kecemasan terhadap keintiman.
Beberapa pria ada yang menjalin hubungan dengan pasangan romantis sehingga menyerupai hubungan saudara. Kontak yang mereka alami dalam hubungan ini menyebabkan tingkat keintimaan begitu tinggi, dan dengan menambah keintiman seksual di atasnya terasa seperti hal yang berlebihan. Meski sulit dibayangkan bahwa seseorang dapat memiliki keintiman yang begitu besar, banyak pakar seksualitas sekarang ini menduga bahwa problem ini adalah penyebab yang sering muncul dari menurunnya frekuensi berhubungan seks setiap pasangan.

10. Kesulitan atau masalah fungsi seksual.
Kebanyakan pria yang mengalami disfungsi ereksi - atau percaya bahwa dirinya mengalami ejakulasi dini atau terlalu lambat - akan menghindari hubungan seks dengan pasangannya. Dari pada harus menghadapi sesuatu yang dirasakan seperti pengalaman buruk, para pria memilih untuk menghindari seks sama sekali.

Menurut Louanne, apabila Anda memiliki pasangan pria yang kebetulan sedang tidak bergairah atau menolak ajakan, jalan terbaik yang bisa ditempuh adalah tidak mengkritiknya, mencemooh, atau menyindir kelelakian atau kejantanannya. Dengan dibekali informasi akurat dan bantuan dari dokter ahli, kebanyakan penyebab timbulnya penolakan seks pada pria ini dapat diperbaiki dan pada banyak kasus mampu teratasi secara tuntas./Asep Candra /Sumber : WebMD/Kompas

No comments:

Post a Comment