Orangtua sebaiknya mewaspadai kegemukan (obesitas) pada anak-anak mereka. Jika pola konsumsi makanan anak tidak dikontrol, saat memasuki usia 30-40 tahun kemungkinan besar anak-anak tersebut akan menderita penyakit jantung koroner. Pola mengonsumsi makanan cepat saji (junk food) yang disukai anak-anak justru memicu kegemukan pada anak. Selain menimbun lemak, makanan tersebut juga bisa mengganggu metabolisme dan meningkatkan kadar kolesterol.
Peringatan ini dilontarkan dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan kardiovaskuler Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof dr Nurhay Abdurahman SpPD KKV, Kepala Subbagian Kardiologi dan Penyakit Dalam dr H R Miftah Suryadipraja SpPd KKV, dan dokter spesialis penyakit jantung dan kardiovaskuler dr Lukman Hakim Makmun SpPD KKV KGer SpJP, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (26/9).
Secara khusus, persoalan penyakit jantung koroner akan dibahas dalam dua simposium internasional, The Fifth National Brain and Heart Symposium dengan tema "Integrated Approach in Managing Cerebrocardiovascular Diseases" pada 3 Oktober dan Post International Atherosclerosis Society XIII Symposium dengan tema "New Frontiers in The Management of Atherosclerosis: Focus in Infection and Inflammation", 4-5 Oktober. Kedua simposium ini hasil kerja sama Ikatan Keseminatan Kardioserebrovaskuler Indonesia (IKKI) dan Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi). Para dokter yang sedang mengambil pendidikan spesialis neurologi dan penyakit dalam tidak dipungut biaya.
Menurut Nurhay, saat ini banyak anak-anak yang obesitas. Maka, orangtua harus berhati-hati, terutama jika anak mereka mengalami central obesitas (kegemukan yang terjadi pada daerah perut sekitarnya, sementara kakinya kecil). Anak-anak dengan kegemukan terpusat inilah yang berisiko tinggi menderita penyakit jantung koroner. "Selain kadar lemak dan kolesterolnya tinggi, kadar gula darahnya juga meningkat," kata Nurhay.
Sebuah penelitian di Inggris tahun 2003 menyebutkan, dari seluruh negara Eropa yang paling banyak jumlah anak obesitasnya adalah Inggris. Anak-anak tersebut berusia 11-14 tahun. Dari hasil penelitian, 26 persen anak-anak obesitas sudah menunjukkan beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya jantung koroner, seperti hipertensi, meningkatnya kadar LDL kolesterol, dan kadar gula darah. Mayoritas anak-anak di Inggris kini mengonsumsi makanan cepat saji.
"Di Indonesia belum ada penelitiannya, namun bisa dilihat sekarang ini banyak anak Indonesia yang kegemukan," ujarnya.
Lukman menambahkan, saat ini beberapa dokter spesialis anak dan jantung menaruh perhatian besar pada anak-anak obesitas ini. Sebab, selain dapat memicu penyakit jantung koroner, obesitas juga dapat mengganggu pertumbuhan anak.
Kalau selama ini kolesterol diyakini sebagai penyebab utama munculnya penyakit jantung koroner, kini diketahui ada kecenderungan baru, yakni penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh infeksi dan inflamasi (peradangan).
Lukman menegaskan, selama ini memang diyakini beberapa faktor pemicu penyakit jantung koroner, seperti kolesterol, hipertensi, diabetes, asam urat, usia, stres, dan kurang berolahraga. Namun, ternyata pada banyak pasien penyakit jantung koroner tidak ditemukan faktor-faktor tersebut.
"Setelah diperiksa detail, pasien itu pernah muntah darah, C reaktif proteinnya tinggi (protein yang dibuat oleh hati), dan C reaktif protein sangat sensitif. Dari gejala tersebut diketahui ia mengalami infeksi dan peradangan, yang rupanya menjadi penyebab penyakit jantung koroner," kata Lukman/Kompas
No comments:
Post a Comment