Friday, October 1, 2010

Gastroesophageal Reflux Pada Anak

Gastroesophageal reflux adalah gerakan terbalik pada makanan dan asam lambung menuju kerongkongan dan kadangkala menuju mulut.

    * Refluks kemungkinan disebabkan oleh posisi bayi selama pemberian makan; terlalu banyak diberi makan; terkena kafein, nikotin, dan asap rokok ; tidak dapat menerima makanan atau alergi ; atau kelainan pada saluran pencernaan.
    * Gejala-gejala termasuk muntah, meludah berlebihan, kerusakan pada kerongkongan (pipa yang menghubungkan tenggorokan dengan perut), dan masalah makan atau pernafasan.
    * Tes yang dapat membantu dokter mendiagnosa kondisi tersebut termasuk penelitian barium, pemeriksaan pH yang berhubungan dengan kerongkongan, pindai pengosongan lambung, dan endoskopi.
    * Pilihan pengobatan termasuk mengentalkan makanan, memposisikan khusus, sering bersendawa, penghambat histamine-2 (H2), proton pump inhibitor, dan, pada kasus tertentu, metoclopramide dan operasi.

Hampir semua bayi mengalami peristiwa gastroesophageal refluks, yang ditandai dengan gumoh, bersendawa, atau meludah. Gumoh tersebut biasanya terjadi segera setelah makan dan dianggap normal. Gastroesophageal rflux perlu diperhatikan jika:

    * Bertentangan dengan pemberian makan dan pertumbuhan.
    * Kerusakan pada kerongkongan (esophagitis).
    * Menyebabkan kesulitan bernafas (seperti batuk, bersin, atau berhenti bernafas).
    * Berlanjut melewati masa bayi sampai masa kanak-kanak.

PENYEBAB

Bayi sehat mengalami refluks untuk banyak sebab. Kumpulan pita bundar otot pada kerongkongan dan perut (bagian bawah esophageal sphincter) secara normal menjaga isi perut memasuki kerongkongan. Pada bayi, otot ini kemungkinan tidak berkembang, atau bisa rileks pada waktu yang tidak sesuai, membuat isi perut bergerak ke belakang (mengalir kembali) ke dalam kerongkongan. Menjadi tetap datar selama waktu makan atau berbaring setelah makan mengakibatkan refluks karena gravitasi tidak bisa membantu menjaga makanan di dalam perut mengalir kembali naik ke kerongkongan. Makan berlebihan dan minum minuman berkarbonat memberi kecendrungan refluks dengan meningkatkan tekanan di dalam perut. Asap rokok (seperti asap bekas) dan kafein (pada minuman ringan atau air susu ibu) mengendurkan bagian bawah esophageal sphincter, membuat refluks terjadi lebih sering. Kafein dan nikotin (pada air susu ibu) juga merangsang produksi asam sehingga setiap refluks yang terjadi lebih bersifat asam. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks, tetapi hal ini adalah penyebab yang kurang sering terjadi.

Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan, sebagian menyumbat perut (pyloric stenosis), atau kelainan posisi usus (malrotation), bisa sebagai awal menyerupai refluks. Meskipun begitu, kelainan ini lebih serius dan bisa menjadi muntah dan gejala-gejala kerusakan lainnya, seperti nyeri perut, lesu, dan dehidrasi.

GEJALA

Gejala yang paling nyata pada gastroesophageal refluks pada bayi adalah muntah dan meludah berlebihan. Refluks biasanya memburuk pada beberapa bulan pertama kehidupan, puncaknya sekitar 6 sampai 7 bulan, dan kemudian secara bertahap berkurang. Hampir semua bayi dengan refluks yang membesar diusia kira-kira 18 bulan. Pada beberapa, meskipun begitu, refluks menyebabkan komplikasi dan menjadi diketahui sebagai penyakit gastroesophageal reflus (GERD). Beberapa komplikasi termasuk sifat lekas marah disebabkan perut tidak nyaman, masalah makan yang bisa mengakibatkan pertumbuhan yang buruk, dan ‘mengigau’ pada pada pemuntiran dan posturing yang kemungkinan dibingungkan dengan kejang. Jarang terjadi, asam dalam jumlah kecil yang berasal dari perut bisa masuk ke pipa udara (aspirasi). Asam pada pipa udara dan saluran pernafasan bisa menghasilkan batuk, bunyi menciut-ciut, berhenti bernafas (apnea), atau pneumonia. Kebanyakan anak yang menderita asma juga mengalami refluks. Nyeri telinga, suara parau, tersedak, dan sinusitis juga bisa terjadi sebagai akibat GERD. Jika kerongkongan secara signifikan terititasi (esophagitis), kemungkinan terjadi beberapa pendarahan, akibat pada anemia kekurangan zat besi. Sebaliknya, esophagitis bisa menyebabkan jaringan luka parut, yang bisa membuat kerongkongan menjadi sempit (stricture). Panas dalam perut, sebuah gejala umum remaja dan orang dewasa dengan GERD, lebih sering terjadi terlihat sebagai nyeri dada atau nyeri perut pada anak kecil.

DIAGNOSA

Tes seringkali tidak diperlukan untuk mendiagnosa gastroesophageal refluks pada bayi yang secara sederhana mengalami gejala-gejala ringan seperti sering meludah. Meskipun begitu, jika gejala-gejala lebih rumit, berbagai macam tes harus dilakukan.

Penelitian barium adalah tes yang paling umum. Anak tersebut menelan barium, sebuah cairan yang memendar di saluran pencernaan ketika sinar X diberikan. Tes ini bisa memastikan diagnosa pada gastroesophageal reflux dan juga membantu dokter mengidentifikasikan beberapa penyebab yang mungkin.

Sebuah pemeriksaan pH yang berhubungan dengan kerongkongan adalah sebuah pipa tipis elastis dengan sebuah sensor pada ujungnya yang mengukur tingkat keasaman (pH). Dokter memasukkan pipa tersebut melalui hidung anak tersebut, terus ke tenggorokan, dan masuk ke dalam ujung kerongkongan. Pipa tersebut biasanya dibiarkan di tempatnya untuk 24 jam. Secara normal, anak tidak memiliki asam pada kerongkongan mereka, sehingga jika sensor mendeteksi asam, hal ini sebuah tanda pada refluks. Dokter kadangkala menggunakan tes ini untuk melihat apakah anak dengan gejala-gejala seperti batuk atau sulit bernafas mengalami refluks.

Pada pemindaian pengosongan lambung (pemindai susu), anak tersebut minum minuman ringan yang mengandung bahan radioaktif ringan dalam jumlah sedikit. Bahan-bahan ini berbahaya buat anak tersebut. kamera khusus atau pemindai yang sangat peka bisa mendeteksi dimana bahan tersebut berada dalam tubuh anak tersebut. kamera bisa melihat seberapa cepat materi tersebut meninggalkan perut dan apakah terdapat refluks, aspirasi, atau keduanya.

Pada upper endoskopi, anak tersebut ditenangkan, dan pipa kecil elastis dengan sebuah kamera pada ujung (endoskop) dilewati melalui mulut ke dalam kerongkongan dan perut. dokter bisa melakukan upper endoscopy jika mereka perlu untuk melihat apakah terdapat borok atau iritasi atau jika mereka perlu untuk memperoleh sebuah contoh untuk biopsi. Bronchoscopy adalah tes serupa dimana dokter menggunakan sebuah endoskop untuk meneliti apakah refluks kemungkinan menyebabkan masalah-masalah pada paru-paru atau pernafasan.

PENGOBATAN

Pengobatan pada refluks bergantung pada usia dan gejala-gejala anak tersebut.

Untuk bayi yang baru saja gumoh, dokter bisa menganjurkan tidak ada pengobatan atau bisa menduga cara seperti menambahkan formula untuk makanan, posisi khusus, dan sering gumoh. Formula bisa ditambah dengan menambahkan 1 sampai 3 sendok teh sereal nasi per ons pada makanan. Dot bisa dipotong melintang untuk membuat makanan mengalir. Bayi dengan refluks harus diberi makan pada posisi tegak atau setengah tegak dan kemudian dijaga pada posisi tegak untuk 30 menit setelah makan.

Untuk anak yang lebih tua, kepala pada tempat tidur bisa diangkat 6 inci (kira-kira 15 ¼ cm) untuk membantu mengurangi refluks di waktu malam. Anak yang lebih tua juga harus menghindari makan 2 sampai 3 jam sebelum waktu tidur, minum minuman berkarbonat atau apa yang mengandung kafein, menggunakan obat-obatan tertentu (seperti obat dengan efek antikolinergik), makan makanan tertentu (seperti coklat), dan terlalu banyak makan. Setiap anak harus dijaga menjauhi asap tembakau.

Obat-obatan : jika perubahan pada makan dan posisi tidak mengendalikan gejala-gejala, dokter bisa meresepkan obat-obatan. Beberapa jenis obat-obatan tersedia untuk refluks.

    * Obat yang menstabilkan asam.
    * Obat yang menekan produksi asam.
    * Obat yang memperbaiki gerakan pada saluran pencernaan.

Antasida adalah obat-obatan yang menstabilkan asam lambung. Obat-obatan ini bekerja dengan cepat untuk meringankan gejala-gejala seperti panas dalam perut.

Untuk mereka dengan penyakit yang lebih berat, obat-obatan penekan asam diperlukan. Dengan mengurangi asam perut, obat-obatan ini mengurangi gejala-gejala dan membuat kerongkongan menjadi nyaman. Terdapat 2 jenis obat-obatan penekan asam, histamin-2 (H2) blockers dan proton pump inhibitor (PPIs). H2 blocker tidak cukup menekan produksi asam sebanyak seperti PPIs.

Obat-obatan promotility yang merangsang gerakan pada isi perut melalui kerongkongan, perut, dan usus. Obat-obatan ini (seperti metoclopramide) bisa membantu meningkatkan kekuatan pada esophageal sphincter bagian bawah dan meningkatkan kecepatan pada dimana perut kosong. Pengosongan lambung yang meningkat harus mengurangi tekanan lambung, membuat refluks sedikit mungkin untuk terjadi. Dokter harus meresepkan obat-obatan ini dengan sering untuk refluks tetapi sekarang mereka sangat mebantu hanya untuk anak tertentu.

Operasi : jarang, refluks tidak bereaksi terhadap pengobatan non operasi dan sangat berat dimana dokter menganjurkan operasi. Prosedur operasi paling umum adalah undoplication. Pada fundoplication, ahli bedah membungkus bagian atas perut di sekitar ujung bagian bawah pada kerongkongan untuk membuat simpangan yang lebih ketat dan mengurangi refluks.

No comments:

Post a Comment