Kekurangan nutrisi dalam kandungan mungkin mempengaruhi model rangkaian otak bayi yang memicu kecenderungan mengalami kegemukan di kemudian hari. Demikian hasil penelitian yang dilakukan pada tikus.
Menurut para peneliti, penemuan ini mungkin akan menolong dokter untuk mencegah terjadinya pertumbuhan yang berlebihan (obesitas) pada bayi yang mudah terpengaruh karena kekurangan nutrisi saat lahir.
"Kekurangan nutrisi selama pertumbuhan janin umum terjadi termasuk di lingkungan modern sekalipun," kata Norimasa Sagawa, salah satu peneliti dari Kyoto University Graduate School of Medicine, Jepang.
Tapi menurutnya hal yang penting diperhatikan di sini bahwa sesudah mengalami penderitaan dalam kandungan, anak tersebut akan membutuhkan asupan kalori dan lemak tinggi sesudah lahir. Suatu kombinasi resep nutrisi yang mungkin menyebabkan kegemukan.
Penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa bayi-bayi yang lahir dari ibu yang kekurangan asupan gizi, biasanya kelak mudah terserang penyakit hati dan diabetes. Bayi melalui fase pertumbuhan cepat, di mana pada bulan pertama sejak kelahiran tumbuh lebih cepat daripada periode sesudahnya hingga mencapai ukuran tertentu. Selama itu pula, terjadi peningkatan hormon leptin pengatur nafsu makan. Hormon ini dikeluarkan oleh sel lemak dan berfungsi untuk menurunkan nafsu saat persediaan tinggi.
Anak-anak tersebut mungkin diprogram untuk "bergaya hemat", istilah yang diberikan David Barker dan para koleganya dari Universitas Shouthampton, Inggris. Mereka beranggapan bahwa janin yang merasa kekurangan makanan saat dalam kandungan akan mengatur tubuhnya untuk menyimpan lemak yang banyak dan lebih efisien sebagai persediaan. Tapi, belum diketahui bagaimana sistem ini bekerja.
Aturan Makan
Untuk meneliti mekanisme di balik sistem, sebuah tim dipimpin Shigeo Yura, yang juga dari Kyoto University Graduate School of Medicine, memberi makan tikus yang bunting dengan pengaturan yang berbeda-beda, baik normal maupun tidak.
Pada penelitian sebelumnya, mereka menemukan bahwa induk yang kekurangan makanan akan melahirkan anak dengan berat yang kurang namun tumbuh dengan cepat dan menyamai berat anak normal dalam 10 hari. Ketika keduanya diberi diet makanan sesudah disapih dengan kalori secukupnya, ternyata beratnya sama dan memiliki simpanan lemak yang sebanding.
Tapi ketika diberi diet makanan dengan kandungan kalori tinggi, mencit yang sebelumnya kekurangan gizi dalam kandungan tumbuh lebih besar. Setelah 17 minggu, 15 persen lebih besar dan menyimpan 50 persen lebih banyak lemak daripada yang sebelumnya memperoleh asupan gizi normal.
Selain itu, terjadi penumpukan prematur level leptin pada usia 8-10 hari, lebih pendek dibandingkan 16 hari untuk tikus normal. Untuk menguji bahwa kecenderungan ini sebagai penyebab kegemukan di kemudian hari, tim menginjeksi leptin ke dalam makanan tikus normal pada 10 hari pertama. Hasilnya, tikus ini juga cenderung mengalami kegemukan meskipun sebelumnya tidak mengalami kekurangan gizi dalam kandungan.
Selalu Lapar
Dalam laporan dinyatakan bahwa penumpukan leptin lebih awal mempengaruhi rangkaian otak selama tahap pengembangan kritis dan mengganggu kerja otak yang mengatur pengangkutan leptin saat dewasa. Perubahan ini membuat tikus tidak begitu sensitif terhadap seluruh sinyal.
"Memahami mekanisme ini, mungkin membantu para ahli klinik untuk mengembalikan ke program pertumbuhan yang normal," kata Sagawa.
Susan Ozanne dari Cambridge University, Inggris yang mempelajari pemrograman nutrisi, mengingatkan bahwa sangat sulit untuk menerjemahkan hasil ini dari tikus ke manusia. Tapi ia melihat potensinya untuk mengatasinya kegemukan pada anak.
"Bukti ini secara jelas menunjukkan bahwa terdapat periode kritis pada manusia dan Anda memiliki kesempatan untuk mengubah beberapa sifat sesudah kelahiran," katanya.
Ia menambahkan bahwa hasil ini memperkuat pentingnya keseimbangan asupan gizi selama kehamilan, tidak hanya sekedar jumlah kalori saja. "Banyak makan belum tentu bebas dari kelaparan dalam arti kekurangan asupan gizi tertentu," katanya.(Kompas)
No comments:
Post a Comment