Wednesday, August 11, 2010

Pneumonitis Hipersensitivitas (Pneumonitis Interstisial Alergika)

Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik, Pneumonitis Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu peradangan paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan asing) yang terhirup.



Alergen bisa berupa debu organik atau bahan kimia (lebih jarang).

Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau tumbuhan.



PENYEBAB

Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat pekerjaan, dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik.

Pemaparan juga bisa terjadi di rumah, yaitu dari jamur yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas maupun AC.



Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen.

Penyakit kronik disertai perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan jangka panjang. Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru (pembentukan jaringan parut pada paru).



Contoh dari pneumonitis hipersensitivitas yang paling terkenal adalah paru-paru petani (farmer's lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup bakteri termofilik di gudang tempat penyimpanan jerami secara berulang.



Hanya sebagian kecil orang yang menghirup debu tersebut yang akan mengalami reaksi alergi dan hanya sedikit dari orang yang mengalami reaksi alergi, yang akan menderita kerusakan paru-paru yang menetap.

Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas dan penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus terjadi secara terus menerus dan sering.



Penyebab Pneumonitis Hipersensitivitas

Penyakit

Sumber Partikel Debu

Paru-paru petani

Jerami yang berjamur

Paru-paru pemelihara burung

Paru-paru peternak burung dara

Paru-paru pemelihara ayam betina

Kotoran betet, burung dara, ayam

Paru-paru penyejuk ruangan

Pelembab udara, penyejuk ruangan

Bagassosis

Limbah tebu

Paru-paru pekerja jamur

Pupuk jamur

Paru-paru pekerja gabus

(Suberosis)

Gabus yang berjamur

Penyakit kayu maple

Kayu maple yang berjamur

Paru-paru pekerja gandum

Gandum yang berjamur

Sequoiosis

Debu kayu merah yang berjamur

Paru-paru pekerja keju

Keju yang berjamur

Penyakit kumbang gandum

Tepung gandum yang terinfeksi

Paru-paru pekerja kopi

Biji kopi

Paru-paru pekerja atap

Serabut atau tali yang digunakan untuk atap

Paru-paru pekerja kimia

Bahan kimia yang digunakan untuk membuat serabut busa poliuretan, penyekatan, molding, karet tiruan dan bahan pembungkus





GEJALA

Gejala dari pneumonitis hipersensitivitas akut:

- batuk

- demam

- menggigil

- sesak nafas

- merasa tidak enak badan.



Gejala pneumonitis hipersensitivitas kronis:

- sesak nafas, terutama ketika melakukan kegiatan

- batuk kering

- nafsu makan berkurang

- penurunan berat badan.



DIAGNOSA

Pada pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar suara pernafasan ronki.

# Pemeriksaan yang biasa dilakukan: Rontgen dada

# Tes fungsi paru

# Hitung jenis darah

# Pemeriksaan antibodi

# Presipitan aspergillus

# CAT scan dada resolusi tinggi

# Bronkoskopi disertai pencucian atau biopsi transtrakeal.



PENGOBATAN

Pneumonitis hipersensitvitas episode akut, biasanya akan sembuh jika kontak yang lebih jauh dengan alergen dihindari.



Bila terjadi penyakit yang lebih berat, untuk mengurangi gejala dan membantu mengurangi peradangan yang lebih berat, bisa diberikan corticosteroid (misalnya prednisone).



Episode berkelanjutan atau berulang bisa mengarah ke terjadinya penyakit yang menetap.

Fungsi paru-paru bisa semakin memburuk sehingga perlu diberikan terapi oksigen tambahan.



PENCEGAHAN

Pencegahan terbaik adalah menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu dengan cara berganti pekerjaan.



Meniadakan atau mengurangi debu atau menggunakan masker pelindung bisa membantu mencegah berulangnya penyakit.



Menangani limbah jerami secara kimiawi dan menggunakan sistem ventilasi yang baik, membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi pekerja terhadap bahan-bahan ini.



No comments:

Post a Comment