Tuesday, August 12, 2008

Jangan Percaya Pada Teman Untuk "Curhat" Masalah Rumah Tangga

PERMASALAHAN yang menimbulkan kemarahan, merupakan hal yang sudah biasa dalam berhubungan. Tapi jika masalahnya terjadi di dalam rumah tangga, maka persoalannya menjadi tidak sederhana. Karena bagaimana pun cintanya seseorang kepada orang lain, tetap saja yang namanya egois selalu ada.

Hal itu terasa sekali pada saat bertengkar dengan pasangan kita. Masing-masing merasa benar dan biasanya tidak ada yang mau mengalah. Kalau misalkan saling ngotot, biasanya diikuti dengan gencatan senjata atau tutup mulut. Kadang ada yang satu hari baru kembali baik, bahkan ada yang sampai tiga hari atau satu minggu lebih. Kalau terlalu lama pasangan saling berdiam diri, itu sudah mengarah pada hal-hal yang bahaya.

Biasanya kalau ada anak, agak lebih mudah untuk berbaikan. Anak bisa dijadikan mediasi untuk berdamai lagi. tapi bagaimana kalau tidak? Atau masing-masing tetap pada pendiriannya meskipun ada sang anak? Apakah dengan cara menggunakan teman untuk membantu sebagai penengah?

Bisa jadi teman adalah salah satu cara untuk menjadi penengah, tapi di sini ada juga bahayanya. Kalau suami atau istri kebanyakan curhat (mencurahkan perasaan hati) kepada temannya apalagi berlainan jenis, bisa-bisa mereka saling jatuh cinta. Dan ini akan mengarah pada perselingkuhan.

Cara yang aman adalah dengan memanfaatkan acara kumpul keluarga yang bentuknya arisan keluarga atau kumpul-kumpul ulang tahun atau yang lainnya. Di situ, kita cari orang yang dituakan oleh kita maupun pasangan. Sebaiknya, orang itu jangan orangtua kandung, karena biasanya kelekatan emosi orangtua pada anaknya masing-masing membuat pandangan mereka bias.

Kepada orangtua yang kita sangat respek itu, kita coba untuk menceritakan masalah dan perasaan, serta hal-hal apa dari pasangan yang membuat kita dongkol. Yang penting adalah pernyataan bahwa kita sudah ingin sekali berbaikan dan rindu akan pelukannya.

Tapi, apapun kiat yang kita gunakan untuk berbaikan, satu hal yang menjadi syarat utamanya. Yakni, bahwa keduanya memang punya niat mempertahankan kebahagiaan rumah tangga mereka untuk selama-lamanya. Kalau niat itu tidak ada pada satu pihak, maka dengan mudah rumah tangga runtuh karena pertengkaran yang sepele.

Kalau memang dalam waktu dekat tidak ada arisan atau kumpulan keluarga, tapi sudah ingin sekali berbaikan namun gengsi. Coba saja menelepon orang yang dituakan tadi. Curhatlah padanya dan minta banuannya untuk memecahkan masalahnya.

Tapi, ini juga bukan jaminan 100% berhasil, karena kunci keutuhan rumah tangga adalah dari diri sendiri ataupun dari pasangan kita. Perlu dingat, dengan melibatkan orang ketiga tetap akan mengundang resiko.

No comments:

Post a Comment